Monthly Archives: Juni 2021

Urgensi Aqidah Menjadi Prioritas Dakwah Para Nabi

Standar

I.          Pendahuluan

Islam adalah agama yang benar, yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallaahu ‘alaihi wasallam. Agama ini telah Allah sempurnakan tanpa harus ada syariat yang ditambah dan dikurang. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًا

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”. (QS. Al-Maidah: 3)

Allah subhanahu wata’ala juga telah mengabarkan bagaimana nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad sepakat akan aqidah yang Haq ini. Di antaranya adalah firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Al-Baqoroh ayat 132, yang artinya:

Read the rest of this entry

Kaana wa Akhowaatuhaa

Standar

I.          Pendahuluan

Bahasa Arab merupakan bahasa yang memiliki banyak kaidah yang unik. Kaya akan makna dan perubahan bentuk akhir kata.

Salah satu kaidah yang familiar dan sering diajarkan pertama kali oleh para guru bahasa Arab adalah bentuk mubtada’ dan khobar, yang biasa disebut dengan jumlah ismiyyah (kalimat yang didahului oleh kata isim). Seperti; Kursi itu baru, (الكرسيُّ جديدٌ) .

Kedua kata tersebut di atas, alkursiyyu dan jadiidun, merupakan isim. Kita dapat mengetahui istilah isim dalam bahasa Arab ini dengan tanda yang sering dijumpai yaitu dapat masuk padanya Alif Lam dan tanwin (pengecualian pada isim ghoiru munshorif).

Read the rest of this entry

Perhatian Ulama Terhadap Pentingnya Adab Bagi Para Penuntut Ilmu

Standar

I.          Pendahuluan

Agama Islam merupakan agama yang kaffah. Ajarannya mencakup seluruh tindak-tanduk manusia baik itu bersifat hablumminallah, maupun bersifat hablumminannas. Dan jika kita cermati, keseluruhan ajaran Islam ini merupakan bentuk perbaikan adab.

Keimanan kita kepada Allah subhanahu wata’ala yang merupakan sebuah adab manusia pada sang Khaliq (Pencipta), juga iman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, yang di dalamnya terkandung bagaimana kita hendaknya lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dibandingkan mencintai diri kita sendiri maupun keluarga kita dan manusia lainnya. Dan ini merupakan adab.

Read the rest of this entry

Taqlid, Macam-macamnya, dan Kapan Diperbolehkan Taqlid

Standar

I.          Pendahuluan

فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ

“Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”. (QS. An-Nahl: 43)

Syeikh As-Sa’di rahimahullah menulis dalam tafsirnya dari ayat 43 dari Surat An-Nahl ini, bahwasannya ayat ini mengandung pujian terhadap ahlul ‘ilmi. Dan ilmu yang paling tinggi yaitu ilmu tentang Kitab yang telah Allah turunkan. Dan utamanya orang berilmu adalah orang yang berilmu tentang Al-Quran, maka inilah yang sebenarnya disebut “Ahludz Dzikr”. (As-Sa’di, 2002, h. 441)

Dalam syarah Al-Muqoddimah Al-Ushuliyyah Li-bni Hubairoh, Syeikh Al-Uwaid memasukkan ayat ini dalam penjabaran makna taqlid.

Disebutkan oleh Ibnu Hubairoh bahwa taqlid itu adalah menerima perkataaan atau pendapat seseorang tanpa adanya dalil, dan ini berlaku untuk masyarakat awwam.

Read the rest of this entry